BekisarMedia.id — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan komitmennya dalam membangun ekosistem industri animasi Indonesia melalui pengembangan Kekayaan Intelektual (IP) lokal.
Hal ini ditegaskan oleh Direktur Jenderal ILMATE Kemenperin, Setia Diarta, dalam acara Bedah Film Animasi Jumbo, pada hari Kamis, tanggal 8 Mei 2025, di Jakarta.
Ia menyebutkan, Intellectual Property (IP) atau Kekayaan Intelektual animasi local, memiliki potensi besar sebagai mitra strategis lintas sektor.
“Kolaborasi antara pelaku industri dan pemilik IP local, dapat memperkuat identitas produk dan mengembangkan ekonomi berbasis kekayaan intelektual.” ujarnya, dikutip dari website resmi Kemenperin, pada hari Jum’at, tanggal 9 Mei 2025.
Kemenperin mendorong sinergi dalam bentuk co-branding produk, kampanye karakter animasi, konten digital interaktif, hingga merchandise dan edutainment. Pendekatan ini diharapkan menghubungkan sektor animasi dengan industri makanan, teknologi, ritel, hingga transportasi.
Melalui Balai Diklat Industri (BDI) Denpasar, Kemenperin rutin mengadakan pelatihan animasi 2D dan 3D, serta memfasilitasi pelaku animasi dalam ajang seperti BEAST Festival dan forum jejaring industri IP.
Meski berkembang pesat, industri animasi nasional masih menghadapi tantangan, seperti keterbatasan pembiayaan, distribusi, dan pelatihan di luar pusat industri.
Salah satu bukti sukses IP lokal adalah film Jumbo yang telah ditonton lebih dari 8 juta orang, menjadikannya film animasi Indonesia terlaris di Asia Tenggara.
Direktur Industri Elektronika dan Telematika, Ronggolawe Sahuri, menyatakan film Jumbo menunjukkan potensi IP lokal bersaing di pasar global. Ia menambahkan bahwa Kemenperin sedang menyusun roadmap animasi nasional dengan fokus pada SDM, akses pembiayaan, dan kolaborasi lintas sektor.
“Film Jumbo adalah bukti nyata bahwa IP lokal Indonesia mampu bersaing di pasar global.” ucap Ronggolawe Sahuri.
Menurut data AINAKI (2020), nilai produksi animasi Indonesia mencapai Rp600–800 miliar per tahun, dengan lebih dari 150 studio tersebar di 23 kota.
Acara ini dihadiri oleh 75 peserta dari studio animasi, kampus, dan asosiasi animasi, sebagai langkah memperkuat ekosistem animasi nasional berbasis IP lokal.