BekisarMedia.id — Tim Nasional (Timnas) Sepak Bola Indonesia U 17 akan menghadapi tantangan berat, namun penuh peluang, di ajang Piala Dunia U-17 2025 yang akan digelar di Qatar pada 3–27 November mendatang. Berdasarkan hasil drawing yang dilakukan pada hari Minggu, tanggal 25 Mei 2025, Indonesia tergabung dalam Grup H bersama Brasil, Honduras, dan Zambia.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menyambut hasil undian ini dengan penuh semangat. Menurutnya, berhadapan langsung dengan negara kuat, seperti Brasil, adalah ujian sekaligus momen langka, yang akan memperkaya pengalaman pemain muda Indonesia.
“Ini benar-benar kesempatan yang menantang, karena Brasil pernah empat kali juara dunia U 17 dan terakhir juara pada tahun 2019. Mereka juga 14 kali juara CONMEBOL U-17, termasuk gelar terbaru tahun ini.” ujar Erick Thohir di Jakarta, pada hari Senin, tanggal 26 Mei 2025.
Brasil, Raksasa Dunia yang Jadi Peluang Pembelajaran
Brasil dikenal sebagai salah satu kekuatan terbesar dalam sejarah sepak bola usia muda. Menghadapi mereka di fase grup, akan menguji sejauh mana kesiapan Garuda Muda dalam menembus level dunia.
“Melawan negara legenda sepak bola dunia, tentunya menjadi pengalaman luar biasa bagi Garuda Muda. Mereka akan merasakan atmosfer pertandingan kelas dunia sejak dini.” tambah Erick Thohir.
Ia berharap, pengalaman ini akan membentuk mentalitas juara bagi para pemain muda, dan menjadi langkah konkret untuk memperkuat fondasi sepak bola nasional.
Persiapan Maksimal untuk Nova Arianto dan Skuad
Erick Thohir juga menegaskan mengenai pentingnya persiapan matang di semua lini. Ia meminta pelatih dan seluruh pemain, untuk benar-benar fokus memaksimalkan persiapan teknis, taktis, dan mental.
“Laga melawan Brasil, serta tim-tim dunia lainnya di Piala Dunia U-17, ini bukan hanya ujian, tapi juga kesempatan emas. Ini waktunya menunjukkan bahwa sepak bola Indonesia sedang menuju arah yang benar, dan siap berkembang lebih jauh.” tegasnya.
Piala Dunia U-17 tahun ini akan menjadi edisi pertama yang menggunakan format baru, dengan jumlah peserta diperluas dari 24 menjadi 48 tim. Hal ini membuat kompetisi semakin kompetitif dan membuka peluang bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia untuk unjuk gigi di panggung global. (try)