Kampus Moestopo Terus Beradaptasi dengan Era Digital : Menggali Strategi Pendidikan Hybrid dari S1 hingga S3

Bekisarmedia.id, Jakarta – Tokoh inspiratif asal Palembang, Dr. H. M. Albahori, M.I.Kom., dengan Rektor Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Dr. H. M. Saifulloh, S.Sos., M.Si., pada Rabu (17/9/2025) di kampus Moestopo, Jakarta Pusat, menjadi ajang diskusi menarik seputar arah pendidikan tinggi di era teknologi informasi.

Dalam suasana hangat, kedua tokoh membahas bagaimana perguruan tinggi mampu beradaptasi terhadap perubahan metode pembelajaran yang kini kian didominasi sistem daring (online).

Saifulloh menjelaskan, perkembangan teknologi telah menggeser paradigma pendidikan tinggi. Jika dahulu lokasi kampus yang berada di pusat kota dianggap strategis, kini indikator strategis justru terletak pada kemampuan lembaga pendidikan menyediakan akses pembelajaran berbasis teknologi.

“Dulu tempat yang strategis adalah kampus yang berada di tengah kota. Namun sekarang yang disebut strategis adalah ketika kampus memiliki teknologi yang mumpuni. Itulah yang sedang kami kembangkan di Universitas Moestopo,” ujar Saifulloh.

Hybrid Learning Jadi Andalan

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) saat ini menerapkan sistem pembelajaran yang lebih fleksibel. Ada program yang sepenuhnya luring (offline), ada pula yang menggabungkan pembelajaran tatap muka dan daring (hybrid). Sistem hybrid ini memungkinkan mahasiswa mengikuti perkuliahan di kelas sekaligus mengakses materi dari mana saja. “Kami telah menyiapkan ruang-ruang kelas dengan fasilitas hybrid yang memadai agar mahasiswa tidak tertinggal materi, meskipun tidak hadir langsung,” jelas Saifulloh.

Langkah ini merupakan jawaban atas tuntutan zaman, di mana pembelajaran jarak jauh menjadi kebutuhan. Pandemi beberapa tahun lalu menjadi titik awal percepatan transformasi ini. “Dari sisi metode pengajaran, memang kami masih beradaptasi dengan melakukan banyak penyesuaian, terutama penggunaan teknologi. Prinsipnya sederhana: kami ingin siapapun yang belajar di kampus Moestopo bisa mengakses materi melalui berbagai saluran,” tambahnya.

Perbedaan Daya Serap S1, S2, dan S3

Saifulloh juga mengakui adanya tantangan berbeda dalam penerapan sistem online di tiap jenjang pendidikan. Mahasiswa program Sarjana (S1) membutuhkan pendekatan lebih intensif dibandingkan mahasiswa program Pascasarjana (S2) dan Doktor (S3). “Ada perbedaan tingkat daya serap. Untuk mahasiswa S2 dan S3, pembelajaran online atau hybrid relatif lebih efektif. Mereka lebih mandiri dalam menyerap materi. Namun untuk S1, kami harus memberikan perlakuan khusus. Tugas dan penugasan menjadi cara untuk memastikan apa yang mereka serap di online bisa langsung diaplikasikan,” jelasnya.

Pendekatan ini membuat mahasiswa S1 tetap terarah meskipun mengikuti pembelajaran daring. Universitas Prof. Dr. Moestopo juga terus mengevaluasi metode ini agar lulusan tetap memiliki kompetensi sesuai standar yang diharapkan.

“Kami tak hanya fokus pada transfer ilmu, tetapi juga bagaimana mahasiswa mampu mempraktikkan pengetahuan tersebut,” tambah Saifulloh.

Baca Juga :  Serahkan SK Perpanjangan Pj. Bupati Muba, Gubernur Sumsel Akui Keberhasilan Kepemimpinan H. Apriyadi Mahmud

Program Pascasarjana dan Doktoral Kian Berkembang

Di sela pertemuan tersebut, Saifulloh juga memaparkan berbagai program Pascasarjana (S2) yang ditawarkan Universitas Prof. Dr. Moestopo. Saat ini kampus tersebut memiliki tiga program Magister unggulan, yaitu Magister Manajemen, Magister Administrasi Publik, dan Magister Ilmu Komunikasi. Ketiganya dirancang untuk menjawab kebutuhan profesional di bidang masing-masing serta mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Untuk program Doktor (S3), Universitas Moestopo telah memiliki Program Doktor Administrasi Publik. Kampus ini juga tengah mempersiapkan Program Doktor Ilmu Komunikasi yang ditargetkan mulai berjalan pada April 2026. “Administrasi Publik ini sudah berjalan hingga angkatan ke-7 dan kini memasuki angkatan ke-8. Lulusannya sudah banyak, termasuk nanti Pak Albahori sendiri,” kata Saifulloh dengan nada optimis.

Keberadaan program-program ini menunjukkan keseriusan Universitas Moestopo dalam meningkatkan mutu pendidikan tinggi dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. Apalagi, dengan dukungan sistem hybrid, calon mahasiswa dari berbagai daerah dapat mengakses pendidikan tinggi bermutu tanpa harus sepenuhnya hadir di Jakarta.

Menyongsong Persaingan Perguruan Tinggi

Pertemuan tersebut juga menjadi momentum untuk melihat sejauh mana Universitas Moestopo mempersiapkan diri menghadapi persaingan antar perguruan tinggi yang kian ketat. Saifulloh meyakini kampusnya mampu bersaing karena terus melakukan inovasi, baik dari sisi teknologi pembelajaran, kurikulum, maupun layanan kepada mahasiswa.

“Harapan kami, kampus Moestopo ke depan lebih eksis lagi dalam kompetisi perguruan tinggi di Indonesia. Kami berupaya menjadikan kampus ini bukan hanya tempat transfer ilmu, tetapi juga pusat pembentukan karakter dan kompetensi yang sesuai kebutuhan zaman,” ujar Saifulloh.

Sementara itu, Dr. Albahori menyampaikan apresiasinya terhadap langkah-langkah strategis Universitas Moestopo. Menurutnya, pendekatan hybrid dan online yang diterapkan kampus ini menunjukkan kepedulian terhadap kebutuhan mahasiswa di era digital. “Ini luar biasa. Saya berharap Moestopo semakin maju dan bisa menjadi contoh bagi kampus-kampus lain,” kata Albahori.

Menggagas Arah Baru Pendidikan Tinggi

Diskusi tersebut mencerminkan tantangan besar pendidikan tinggi Indonesia dalam era transformasi digital. Universitas Prof. Dr. Moestopo menjadi salah satu kampus yang menyadari pentingnya inovasi agar tetap relevan. Dengan metode hybrid, pemanfaatan teknologi, dan program-program unggulan di tingkat pascasarjana dan doktoral, kampus ini berusaha menjadi pelopor pendidikan yang adaptif.

Ke depan, strategi seperti ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kualitas pembelajaran, tetapi juga memperluas akses masyarakat terhadap pendidikan tinggi bermutu. Dengan begitu, perguruan tinggi tak lagi terbatas pada gedung-gedung di kota besar, melainkan hadir di ruang digital yang bisa dijangkau mahasiswa dari berbagai pelosok negeri. (tri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *