BekisarMedia.id — Penjabat (Pj.) Bupati Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Drs. H. Apriyadi, M.Si., tampil sebagai pembicara di salah satu stasiun televisi dalam program Nusa Raya Kompas TV pada hari Jum’at tanggal 9 Desember 2022 di Gedung Kompas lantai 5, Gedung Palmerah Selatan, Jakarta.
Dalam program yang dipandu secara langsung oleh Meylis Maureen itu, H. Apriyadi membahas terkait upayanya dalam menjalankan roda pemerintahan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, salah satunya dengan mengembangkan hilirisasi industri komoditi unggulan di Kabupaten Muba.
Dia memaparkan keinginan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Muba untuk memiliki pabrik minyak goreng yang dikelola oleh perusahaan milik daerah. Dimana pabrik itu, bahan bakunya berasal dari kebun kelapa sawit milik masyarakat.
Perlu diketahui, Kabupaten Muba masuk dalam Proyek Strategis Nasional, percontohan dari Program Peremajaan Sawit Rakyat yang di launching secara langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, beberapa tahun lalu, tepatnya Oktober 2017 di Kecamatan Sungai Lilin.
“Sekarang, sawit rakyat yang di replanting Pak Presiden, sudah 7.000 hektare yang panen, dan menghasilkan 1.000 ton per sekali panen.” ujarnya.
H. Apriyadi sangat berharap bisa menghadirkan Pabrik Minyak Goreng Serasan Sekate, sehingga bisa lebih meningkatkan kesejahteraan petani sawit. Selain itu lanjutnya, petani sawit di Muba yang tergabung dalam KUD, didorong memiliki saham di perusahaan CPO pabrik kelapa sawit.
“Alhamdulillah sudah mulai jalan, baru lima KUD, sekarang dalam proses pembangunan.” bebernya.
Di penghujung dialognya, dirinya berharap Bumi Serasan Sekate dimasa akan datang menjadi daerah yang smart regency. Dimana saat ini, harapan tersebut sudah diupayakan melalui kerjasama dengan PT Telkom dengan membangun tower telekomunikasi untuk menutupi daerah blank spot di wilayah pelosok.
“Sudah MoU, mereka juga akan membangun jaringan fiber optik di 14 kecamatan dalam Kabupaten Muba. Jadi pada saatnya nanti, masyarakat kita bisa mengikuti perkembangan, walaupun tinggal di pedesaan.” pungkasnya. (Oyong Hairudin)